KepalaDinas Pertanian (Kadistan) Sumut, Ir HM. Roem, M.Si merincikan, dalam kondisi harga gabah atau beras cukup baik sekarang ini, seorang petani yang mengolah lahan persawahan seluas satu hektar secara baik dan kontiniu dengan produksi 8 hingga 10 ton padi sekali musim tanam misalnya, jika dirata-ratakan bisa berpenghasilan setidaknya Rp 4 juta per bulan atau melampaui gaji seorang Kadis.
seorangpetani memiliki lahan pertanian seluas 8 hektar. ia akan menanami lahan tersebut dengan tanaman padi dan jagung. dari satu hektar tanaman padi dapat dipanen 3 ton padi, sedangkan dari satu he
UpayaPemerintah Tak Cukup. Data Kementerian Pertanian menyebut luas lahan yang beralih fungsi pada 2011 sebesar 110 ribu hektar. Pada 2019, angkanya naik menjadi 150 ribu hektar. Jawa Tengah sendiri kehilangan tahan pertanian seluas lebih 54 ribu hektar selama 2013-2019, menurut data Badan Pertanahan setempat.
LANGKAT Petani kelapa sawit di Kecamatan Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, kini mulai beralih ke tanaman padi, karena terus merugi bertanam kelapa sawit."Kami terus merugi bertanam kelapa sawit," kata salah seorang petani kelapa sawit Anwar Effendi di Tanjungpura, Jumat (12/10).Ia mengatakan bukan hanya dirinya yang kini beralih menanam padi, tetapi ada sejumlah petani tanaman
Berdasarkanhasil produk pertanian berupa umbi-umbian, di Kabupaten Bone diperoleh provitas 8.5 ton/ hektare, dan untuk produksi padi 2019 hingga April 2020 mencapai 1.543.684 ton. Diketahui, lahan sawah petani di Kabupaten Bone terdiri atas sawah irigasi seluas 42.000 hektare, tadah hujan 70.159 hektare, rawa pasang surut 5.479 hektare, dan
Jaranggenerasi muda yang memilih bekerja di dunia pertanian karena dianggap tak gaul dan terkesan kampungan. Saat ini Mitra Tani Parahyangan memiliki lahan pribadi seluas 8 hektar dan lahan PTPN seluas 70 hektar, serta terdapat 70 hektar lahan petani binaan di bawah naungan Mitra Tani Prahyangan.
PEKALONGAN KOMPAS.TV - Kodim 0710 Pekalongan, membuka lahan pertanian seluas 3,5 hektar untuk ditanami jagung jenis hibrida bisi 18. Lahan yang digunakan merupakan milik TNI di lingkungan Koramil Wonopringgo. Penanaman jagung bersama ini dilakukan oleh TNI bersama petani serta perwakilan dari pemkab setempat.
Dengandidukung Kementerian Pertanian, salah seorang petani peserta Demfarm yang merupakan anggota poktan Sembeng Lengge, Desa Sita, yang melakukan panen hari Senin, 28 Februari 2022 sungguh gembira. Betapa tidak, lahan seluas 0,2 hektar yang sebelumnya hanya menghasilkan 8-8,5 kwintal, meningkat menjadi 10 kwintal atau naik 1,5-2 kwintal.
Lalu HGU bernomor 108- 5040.1-19 -2005 tanggal 27 Desember 2005, seluas 1.359.900 meter persegi di Desa Toili. "Padahal petani memiliki lahan itu secara tradisional hingga formal alias bersertifikat BPN jauh sebelum PT KLS muncul dan membuka kebun sawit disana."
alumniInstitut Pertanian Bogor dengan input kimiawi. (IPB) itu. Soal lingkungan, tentu Secara ekonomi, Pusdiklat SPI penerapan pertanian organik dikelolah secara koperasi oleh memiliki kelebihan. Selaian empat keluarga tani. Lahan seluas manfat kesehatan untuk petani 2 hektar ini, lanjut Putro, dapat yang terhinar dari bahan kimia,
euRq.
Saat SMA, program linear menjadi salah satu bab yang sebenarnya mudah, namun malesin lantaran lama ngitungnya. Saya ingat betul ketika guru matematika wajib mengajar materi ini di kelas XI. Materi program linear nggak banyak hafalan rumus, hanya saja konsepnya terlalu njelimet serta dibutuhkan penalaran dalam memahami soal cerita. Makanya diperlukan waktu yang lama untuk linear digunakan sebagai salah satu metode untuk memaksimalkan keuntungan toko atau kinerja perusahaan. Oleh karena itu, tak jarang materi ini muncul kembali di dunia perkuliahan. Ia akan bergabung dengan teori pengambilan keputusan lain biasanya dengan nama mata kuliah Riset Operasi. Meski ditempatkan berbeda tempat dengan kalkulus, tempat trigonometri dan logaritma berada, namanya matematika ya tetaplah matematika. Program linear selalu saja sulit soal program linear yang digunakan dalam Ujian Nasional Matematika IPA tahun 2018. Itung-itung bernostalgia jaman-jaman ketika UN masih menjadi momok menakutkan bagi petani memiliki lahan pertanian seluas 8 hektar. Ia akan menanami lahan tersebut dengan tanaman padi dan jagung. Dari satu hektar tanaman padi dapat dipanen 3 ton padi, sedangkan dari satu hektar tanaman jagung dapat dipanen 4 ton jagung. Petani itu ingin memperoleh hasil panen tidak kurang dari 30 ton. Jika biaya menanam 1 hektar tanaman padi adalah dan biaya menanam satu hektar tanaman jagung adalah maka biaya minimum yang harus dikeluarkan petani adalah…Nah, ceritanya ada petani yang pengin meminimalkan modalnya, nih. Dengan modal yang minimal, maka keuntungan yang akan didapatkan petani tersebut akan maksimal. Langkah pertama yang harus dilakukan tentu saja membuat model matematika terlebih dahulu. Mari kita modelkan per petani memiliki lahan pertanian seluas 8 hektar. Ia akan menanami lahan tersebut dengan tanaman padi dan artinya, dari 8 hektar tersebut akan dibagi menjadi beberapa hektar untuk menanam padi, serta beberapa hektar untuk menanam jagung. Misalkan x adalah luas lahan yang ditanami padi dan y adalah luas lahan yang ditanami jagung, model matematikanya sebagai berikutx + y ≤ 8Kenapa tandanya kurang dari sama dengan ≤, bukan sama dengan =? Tentunya sang petani ingin sekali menggunakan semua lahannya sebanyak 8 hektar, namun kondisi tersebut bisa saja tidak dapat dilakukan karena kondisi yang lain. Oleh karena itu, dalam pemodelan masih dimungkinkan menggunakan lahan kurang dari 8 hektar, dengan sisa lahannya bisa saja kosong. Kenapa tandanya bukan lebih dari >? Ya gimana lagi, Bos. Si petani cuma punya lahan 8 hektar, memang kamu mau ngasih lebihannya? Lanjut ke kalimat satu hektar tanaman padi dapat dipanen 3 ton padi, sedangkan dari satu hektar tanaman jagung dapat dipanen 4 ton jagung. Petani itu ingin memperoleh hasil panen tidak kurang dari 30 kalimat yang pertama tadi, kita sudah memisalkan x sebagai luas lahan padi dan y sebagai luas lahan jagung. Dengan memanfaatkan luas lahan yang tersedia, petani ingin menghasilkan panen yang tidak kurang dari 30 ton. Model matematikanya sebagai + 4y ≥ 30Setelah didapatkan kedua pertidaksamaan, ingat bahwa luas lahan baik yang digunakan untuk menanam padi maupun jagung selalu bernilai positif dimulai dari nol. Oleh karena itu, ditambahkan pertidaksamaan berikutx ≥ 0y ≥ 0Keempat pertidaksamaan tersebut sering disebut dengan fungsi kendala constraint. Selain fungsi kendala, terdapat pula fungsi tujuan objective. Untuk memahami fungsi tujuan, kita dapat memodelkan kalimat terakhir dari soal sebagai berikutJika biaya menanam 1 hektar tanaman padi adalah dan biaya menanam satu hektar tanaman jagung adalah maka biaya minimum yang harus dikeluarkan petani adalah…Dengan pemisalan x dan y yang telah diciptakan, maka model matematika dari fungsi tujuan soal tersebut adalah sebagai berikutfx,y = + yang ingin kita capai dalam permasalahan ini adalah meminimalkan fungsi fx,y. Langkah selanjutnya adalah menggambarkan fungsi kendala ke dalam suatu bidang Cartesius. Cara ini disebut dengan cara grafik yang digunakan sebagai kurikulum pada jenjang SMA. Saat di perguruan tinggi, terdapat cara lain untuk menyelesaikan masalah program linear, yakni di antaranya metode dicari irisan perpotongan kedua grafik dari fungsi kendala tersebut, maka akan dihasilkan grafik sebagai berikutDari grafik tersebut, dapat terlihat tiga titik yang menjadi sudut dari daerah arsiran. Dari titik A0,8, B0,15/2 dan titik C yang belum diketahui. Sebelum memasukkan nilai-nilai titik ke dalam fungsi tujuan, kita harus melengkapi x dan y pada titik C, yakni dengan cara SPLDV. Kalau ini, sih, flashback ke pelajaran SMP saja ya, pasti semua juga pada hafal. Kalau-kalau bingung, perlu diragukan, nih, kelulusannya dari jenjang SMP. Ehehehe, canda. Pengerjaannya sebagai berikutSetelah ketemu semua titik-titiknya, baru kita masukkan x dan y ke fungsi tujuan fx,y = + untuk mengetahui titik mana yang menghasilkan nilai A0,8, f0,8 = + = B0,15/2, f0,15/2 = + = C2,6, f2,6 = + = jawabannya adalah yakni nilai minimum yang dikeluarkan petani untuk menanam benih jagung dan benih padi, dengan rincian 0 hektar untuk benih padi dan hektar untuk benih jagung. Pada soal ini terlihat bahwa penanaman jagung lebih menguntungkan dibandingkan begitulah salah satu contoh soal pembahasan mengenai program linear. Pembahasan soal matematika lain dapat disimak di lain hari, ya. Pusing, Gan!BACA JUGA Menghitung Perbandingan Umur, Soal Langganan di Ujian Matematika dan tulisan Rezky Yayang Yakhamid Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di diperbarui pada 30 Agustus 2021 oleh Audian Laili
Dengan sepeda motor bebek tua, Santoso berkendara di jalanan batu, kawasan pertanian Kledung, Temanggung, Jawa Tengah. Di jok belakang, dia meletakkan kotak kayu dengan bibit tanaman di dalamnya. Petani berumur 60-an tahun itu menggarap sepetak kebun di lahan miring kaki Gunung Sindoro itu. “Ini tanah sewa tahunan, kalau tanah saya sendiri sudah saya jual, ha..ha..ha. Ini tanah saya sewa setahun Rp5 juta. Luasnya sekitar 4 ribu meter persegi. Setiap tahun sewanya nambah, kalau enggak mau nambah, diminta tanahnya,” ujarnya sambil tertawa. Santoso, petani di Kledung, Temanggung, Jawa Tengah. Foto VOA/Nurhadi Tanah garapan Santoso itu awalnya milik petani setempat, namun telah dibeli oleh seorang konglomerat dari Jakarta. Berhektar-hektar tanah itu akan dijadikan obyek wisata. Lokasinya memang tepat, berada di lembah antara dua gunung, yaitu Sindoro dan Sumbing di Jawa Tengah. Hawa sejuk, kabut, dan wajah gunung itu ketika cuaca cerah menjadi daya tarik tersendiri. Sholeh, rekan Santoso yang juga sedang berada di kebunnya, turut menggarap lahan sewaan. Keduanya menanam tanaman bergantian sesuai musim, aneka sayuran, kentang, dan jagung. Di ladang yang berbeda, tanaman kopi juga ada, sebagian bahkan sedang panen. Namun, ketika ditanya berapa hasil dari bertani, Sholeh hanya tertawa. Sholeh, petani di Kledung, Jawa Tengah. Foto VOA/Nurhadi “Petani itu, kalau pas panen harganya malah anjlok. Yaa, hasilnya cuma bisa buat beli tahu sama tempe. Terus, namanya tinggal di desa, banyak kebutuhan sosial, ada orang meninggal, melahirkan, menikah,” kata Sholeh tergelak. Di lahan yang kini milik konglomerat itu, berdiri sebuah kafe yang menyediakan kopi, makan dan aneka camilan. Secangkir kopi, dijual Rp25 ribu, sedangkan sepiring kecil kentang goreng, harganya Rp20 ribu. Kedua petani itu kembali tertawa terbahak-bahak mendengar harga keduanya. Bagaimana tidak, sekilo kentang hanya bisa mereka jual di kisaran Rp10 ribu. Tidak terbayangkan, harga kentang goreng di samping kebun mereka, yang mungkin irisan dari dua butir kentang, harganya dua kali lipat dari satu kilogram kentang mereka . Tanaman sayuran petani menjelang panen, kol ini dihargai Rp500 per kilo. Foto VOA/Nurhadi Sholeh bercerita awalnya, hanya sawah di tepi jalan besar yang terjual. Pelan-pelan, lahan di sampingnya berpindah tangan satu persatu. “Sekarang sudah sampai sana, jauh dekat jalur listrik itu,” kata Sholeh sambil menunjuk kabel listrik tegangan tinggi yang melintasi kawasan tersebut. Sementara seorang petani perempuan yang sedang menabur pupuk di tanaman cabainya, mengaku tak akan pernah mau menjual sawah itu. “Kalau ini dijual, saya enggak ada kegiatan. Nanti anak-anak saya juga bingung mau kerja apa buat cari rejeki,” ujarnya kepada VOA. Upaya Pemerintah Tak Cukup Data Kementerian Pertanian menyebut luas lahan yang beralih fungsi pada 2011 sebesar 110 ribu hektar. Pada 2019, angkanya naik menjadi 150 ribu hektar. Jawa Tengah sendiri kehilangan tahan pertanian seluas lebih 54 ribu hektar selama 2013-2019, menurut data Badan Pertanahan setempat. Kebutuhan untuk pemukiman, tambang, dan ekspansi sektor pariwisata menjadi beberapa penyebabnya. Di Kledung, yang memiliki daya tarik wisata alam luar biasa, bisnis pariwisata nampaknya menjadi ancaman dominan. Seorang petani menanam benih padi di sawah di Demak, 23 Oktober 2018. Foto Antara/Aji Styawan via REUTERS Ketua Serikat Petani Indonesia SPI Jawa Tengah, Edi Sutrisno, menilai pemerintah setempat tidak melakukan upaya yang cukup untuk menahan laju alih fungsi lahan pertanian. Sebenarnya, kata dia, petani tidak akan pernah mau menjual lahannya jika harga produk mereka dilindungi pemerintah. “Selama ini, kan petani masih bertahan walaupun pemerintah tidak ikut campur tangan. Pemerintah memberi standar harga, tetapi tidak menjamin pembelian. Yang agak susah itu,” kata Edi ketika dihubungi VOA. Edi mengatakan, selama ini petani bekerja dengan baik dan menghasilkan produk yang juga baik. Proses menanam padi, cabai, atau tanaman lain mayoritas memberi hasil sesuai dengan harapan. Namun setelah produk itu dipanen, petani tidak memiliki kuasa atas pasar produk pertanian. Harga biasanya anjlok, sehingga kinerja petani yang baik itu tidak menerima hasil yang baik juga. Kledung adalah kawasan pertanian subur, yang juga memiliki daya tarik wisata. Foto VOA/Nurhadi Kondisi semacam itu, yang kadang mendorong petani terpaksa menjual lahan mereka. Eko meyakinkan, tidak ada petani yang berniat menjual lahan, karena itu menjadi sumber panghasilan. Alih fungsi lahan, lebih banyak terjadi karena faktor eksternal, seperti harga produk pertanian yang buruk terus menerus, ijin pertambangan oleh pemerintah, atau proyek-proyek besar yang merusak lahan pertanian. Termasuk diantaranya, kebijakan impor produk pertanian. “Untuk menahan laju alih fungsi lahan pertanian, kebijakan impor harus ditekan. Memfungsikan hasil dalam negeri saja, wong kita sendiri produksi kok, kenapa beli dari luar. Logikanya kan begitu. Pemerintah itu yang menguasai soal harga, artinya yang bisa mengatur,” tambahnya. Meski harganya kian tinggi, sejumlah petani bertahan tidak menjual tanahnya.Foto VOA/Nurhadi Eko juga menyayangkan, Indonesia sudah memiliki UU Perlindungan Petani sejak 2013, tetapi sampai saat ini di daerah tidak ada Perda yang mendukungnya. Dia juga menyebut, UU Cipta Kerja akan menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, dalam kaitannya lahan. Meski pemerintahn berulangkali memberika klaim yang berkebalikan, yaitu bahwa UU tersebut justru akan membantu petani. Jaga Produksi di Lahan Menyusut Pemerintah tentu menyadari lahan pertanian semakin menyusut. Kementerian pertanian menyebut, setiap tahun lahan yang hilang itu setara dengan 300 ribu ton produk tani. Berbagai langkah dilakukan, salah satunya mengembangkan varietas padi yang lebih baik, yang diberi nama IP 400. Pejabat Kementerian Pertanian, Enie Tauruslina Amarullah, mengatakan varietas padi ini mampu dipaneh empat kali dalam setahun, atau satu kali lebih banyak dari varietas yang ada saat ini. Seorang petani menyemprot tanaman padi di sawah yang makin terhimpit perumahan di Yogyakarta. Foto VOA/Nurhadi Sucahyo “IP 400 itu salah satu program yang dicanangkan untuk meningkatkan produksi dalam rangka swasembada pangan, yang akan kita penuhi targetnya tahun ini. Jadi produksi nasional 9 juta ton, untuk tahun 2022, kita harapkan itu,” kata Enie di Yogyakarta, Rabu 16/2. Varietas baru ini memang penting, karena program swasembada dicanangkan di tengah situasi lahan pertanian yang menyusut. “Ditengah alih fungsi lahan yang marak, penanaman padi IP400 yang bisa dipanen empat kali setahun ini merupakan wujud ketahanan pangan,”kata dia lagi. Pertengahan Januari 2022, pemerintah pusat juga telah menetapkan peta Lahan Sawah yang Dilindungi LSD di delapan provinsi. Delapan provinsi terpilih itu adalah Sumatra Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Pemerintah meyakini, penetapan LSD adalah upaya menjaga lahan sawah agar tidak tergerus alih fungsi lahan. Pada gilirannya, upaya itu juga mendukung terwujudnya swasembada pangan yang digadang-gadang sejak lama. Melalui kebijakan tersebut, kementerian dan lembaga terkait berkomitmen menjaga luasan sawah dari ekspansi sektor lain. Pemetaan dengan teknologi maju juga dilakukan, agar penerapannya di lapangan tepat sasaran. [ns/ab]